Jumat, 31 Mei 2013

alat musik melayu



1.  Rebab
Termasuk alat musik kordofon (lute type) yang kegunaannya sebagai musik melody solo. Di jaman dahulu kala di Persia terdapat rebab bertali satu yang digunakan untuk mengiringi diklamasi yang disebut “rebab ul Shaer”.
Rebab berasal dari Timur Tengah, kemudian ke Persia dan India, barulah kemudiannya mencapai di kepulauan nusantara (Al-Farabi 870-950 M, di dalam bukunya “Kitab Al-Musiqi al Kabir”) pada abad 11 M, alat musik rebab telah dilukiskan pada dinding Candi Borobudur.
Perkataan rebab pada orang Arab adalah “rabab” yang disempurnakan dengan alat gesek, kemudian tersebar luas melalui Khalifah Islam di Cordoba (Spanyol) di abad ke 8 M. Lalu menyebar ke Eropah Barat sehingga berbentuk cello dan kemudian menjadi biola seperti yang diketahui sekarang. Melalui Turki dan Asia Tengah, ia masuk ke Persia, India, Tiongkok, kemudian ke Asia Tenggara.
Di Afganistan ia disebut “rubab”, tetapi dalam bahasa Persia disebut “rabab” yang artinya kumpulan alat-alat musik gesek. Sedangkan di India ada alat musik yang namanya “sarod” berasal dari rebab yang dibawa dari Timur Tengah.
Rebab mempunyai peranan yan tinggi, sebagaimana halnya biola di negeri Barat, demikian jugalah rebab di tanah Melayu. Penghormatan terhadap rebab dimungkinkan karena alat ini mempunyai keterkaitan dengan upacara yang bersifat gaib. Suara rebab dapat terdengar tinggi. Karena kedudukannya yang dianggap tinggi, rebab sering diukir dan dihias baik kepalanya (kecopong) maupun batangnya (shaft). Batang pinggang ramping dan biasanya terbuat dari kayu leban, panjang 3 kaki 6 inci, biasanya diukir dari ujung kepala sampai akhir batanya. Tali (dawai) rebab ada 3 dan 2 buah dimainkan sekaligus bersama-sama. Nadanya E, A dan E tinggi, ada juga G, D, A.
Gesekannya terbuat dari kayu yang diukir dan bercemara, kemudian dimainkan seperti menggesek cello. Batangnya memanjang melalui badannya yang disebut “tempurung” dan muncul lagi di bawah sebagai kakinya. Lebar di atas kira-kira 8 inci, yang dibawah 4 ½ inci dan tebalnya 2 inci, tempurung biasanya terbuat dari kulit kerbau. Ada juga yang disebut “susu” yang melengket pada kulit yang kegunaannya untuk menekan suara (resonance). Cemara untuk gesekan terbuat daripada ekor kerbau atau sabut kelapa. Pemain rebab meletakkan ibu jari kanannya di samping kepala gesekan dan jari ke 2 dan ke 3 dibawah, lalu jari ke 4 dan 5 mengeraskan tali. Tali gesekan dimainkan pada bagian atas tempurung. Belakang daripada rebab itu menghadap kepada pemainnya.
2. Gendang Panjang

Di India disebut “dhol”. Gendang panjang ini kedua sisinya ditutupi kulit. Selalu dimainkan dua buah, yang besar disebut “induk” dan yang agak kecil bentuknya disebut “anak”. Panjangnya rata-rata 21 inci terbuat darpada kayu merbau yang kerasa dan tahan lama. Atu sisinya lebih kecil daripada sisinya yang lain. Gendang anak kulitnya terbuat dari kulit kambing sedangkan gendang induk kulitnya terbuat dari kulit kerbau. Kulit yang terletak di kedua sisinya itu diikat dengan rotan yang dibelitkan.
Untuk memainkan gendang panjang ini diperlukan keahlian tangan dan jari-jari lincah, kecepatan, dan pandai meningkah menurut irama. Di dalam musik untuk mengiringi silat. Biasanya gendang panjang ini dipukul dengan buah rotan.
3. Gedombak
Gedombak dalam bahasa Arab disebut “darabuka”, di Turki menyebutkan “deblak”, di Siam menyebutkan “thon”, sedangkan di Persia menyebutnya “dompak”. Gendang ini berbentuk kerucut dengan kepalanya bulat besar di taruh kulit kambing, sedangkan ekornya terbuka guna utnuk mendengarkan suara dengan cara membuka dan mengatupkannya. Di beberapa negeri Melayu, gedombak ini hanya dipergunakan dalam musik Melayu utnuk Menora, Wayang Orang (Kelantan, Patani) tetapi di Serdang dan di Kepulauan Riau pernah juga dipakai dalam musik Makyong. Gedombak besar disebut “induk” dan yang kecil disebut “anak”.

4. Geduk
Geduk adalah jenis gendang yang dua sisinya berkulit, tetapi hanya satu sisi yang dimainkan, sedangkan sisinya yang lain diletakkan di bawah. Memainkannya dengan kayu pemukul (stick). Gendang induknya 15 inci besarnya dan gendang anaknya 12 inci dengan garis tengahnya 9 inci. Untuk memperkuat rotan pada pengikat kulitnya, ditambahkan lagi satu barisan ganda kayu. Geduk ini di pakai pada permulaan Wayang Kulit Melayu atau Makyong.

5. Gong
Gong termasuk di dalam golongan idiophone atau bahasa Sankritnya Ghana vadya. Gong sudah lama tercantum pada ukiran candi-candi di tanah Jawa Timur, tetapi tidak terdapat di candi-candi Jawa Tengah. Gong yang diperbuat dari perunggu ini, sudah dikenal lama baik melalui persuratan naskah-naskah maupun dalam ukiran di candi. Di Candi Kembar di Muara Jambi, dalam suatu penggalian sejarah telah diketemukan sebuah gong yang bertuliskan Cina yang diduga dari abad ke 13 M, dimana terdapat nama seorang pejabat kerajaan.
Di Tiongkok pada pemerintahan Raja Hsuan Wu pada tahun 500-516 M telah dikenal gong yang saat itu disebut “sha-lo” dan memiliki bunyi yang sangat keras jika dipukul, gong ini berasal dari Hsi Yu yaitu sebuah daerah antara Tibet dan Burma. Kemungkinan besar ada kesamaan dengan gong yang berada di Korea (cing dan di Assam caro). Menurut penelitian, India juga mengenal gong, tetapi mendapat pengaruh dari Asia Tenggara yang mendapatnya pula dari China. Ketibaan gong di nusantara dapat dipetik dari kronik dinasti Tang (618 – 906 M) buku 222, bahwa raja P’oli naik gajah dengan iringan gendang dan gong.
Untuk orang Melayu, sejenis Gong yang agak tebal sisinya disebut Tetawak yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian joget. Juga dipergunakan untuk mengiringi teater tradisional semacam Makyong. Untuk Menora, Mendu, Wayang Kulit Melayu dipakai 2 buah gong. Yang induk bernada C dan gong anak bernada G. disamping itu sejenis gong kecil yang lantang suaranya disebut Canang yang dipakai untuk menyampaikan berita.
Gong yang lebih kecil disebut Telempong atau Kromong berdiameter 6 ½ inci diletakkkan pada sebuah alat dengan mukanya ke atas yang dipukul dengan kayu. Kegunaan telempong ini ialah mengulangi melodi dasar.
Ada juga Gong yang besar yang disebut “Mong” bernada C yang dipakai bersama-sama 2 buah Tetawak dan Mong menyelinginya. Gong dianggap mempunyai tenaga gaib sehingga pantang dilangkahi. Gong Melayu terbuat dari gangsa dan berbusut. Gong yang tidak berbusut (gong ceper) menunjukkan pengaruh dari Siam atau Cina.
6. Serunai
Alat musik yang tergolong alat tiup ini sudah tua sekali usianya, dan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno, ianya juga telah dipakai di tanah Arab sekitar 3000 tahun yang lalu. Mulanya dipakai oleh balatentara, tetapi sejak 1000 tahun kemudian sudah pula mulai dipakai untuk mengiringi tarian, lagu-lagu pada upacara perkawinan atau menyambut tamu agung dan sebagai tanda waktu.
Diantara bahasa Ara disebut “Zuma”, Cina menyebutnya “Sona”, di India menyebutnya “Sahnay”, bahasa Persia “Surnay”. Alat ini berkembang ke Eropah Barat dan menjadi cikal bakal dari oboe dan klarinet sekarang. Kemudian sampai ke Turki, ke Persia, terus ke Timur jauh dan ke Asia Tenggara melalui India. Dari bentuk Serunai ini, ada lagi diciptakan di India dengan jenis yang lebih besar dan disebut dengan “Nagasvaram”.
Serunai dimainkan dengan menjaga aliran udara melalui lobangnya dan mendapatkan nada (pitch) dengan menutup lobang-lobang yang ada. Panjang batangnya sekira 18 inci, kemudian ada “lidah Serunai” yang terbuat dari daun kelapa atau nibung yang juga disebut “pipit”. Sedangkan pipit yang satu lagi dibiarkan tergantung diikatkan dengan benang di alat tersebut sebagai serap. Pipit masuk ke mulut dan menghembus dengan pipi digembungkan.
Umumnya ia tidak memainkan melodi, tetapi hanya sebagai obligato accompaniment pada sesebuah orkes atau pada nyanyian. Ada 7 lobang dan sebuah di sebelah bawah. Meskipun kesemuanya ada 8 lobang, tetapi hanya 5 lobang yang dapat dimainkan sekaligus dengan berbagai nada di mana nada umumnya adalah C. Tiga lobang di atas bernada G, A dan B. Lobang ke 5 dan ke 6 bernada D dan E, sedangkan lobang ke 7 merupakan nada antara. Jika lobang yang berada di sebelah bawah ditutupkan, maka nada akan naik satu oktaf.
Biasanya dalam lagu untuk pengiring silat dan inai, serunai dimainkan dengan hembusan panjang dengan bergaya tanpa melodi tertentu. Dan Serunai ini termasuk pada alat-alat Nobat Diraja Melayu.

7. Gambang
Adalah jenis alat musik yang menyerupai ataupun sama dengan Saron (Jawa) dan Garantung (Batak). Yang memiliki 7 bilah kayu dengan nada 7, diletakkan di atas suatu tempat semacam puan dan bilah-bilah kayu itu dipukul dengan kayu. Ada juga gambang yang lebih dari 7 nada atau lebih dari satu oktaf dan dimainkan selaku melodi, tetapi alat musik sudah jarang terlihat ini.







8. Kesi
Kesi adalah sepasang cymbal kecil terbuat dari campuran tembaga juga dengan ukuran 2 inci dan disatukan dengan tali untuk pegangannya, kemudian saling dipukulkan menurut tempo tertentu. Kesi ini juga sering dipergunakan dalam musik Makyong. Dan alat ini kemungkinan berasal dari Hindia Belakang. Alat ini juga dikenal di Laos, Burma dan Cina.

9. Rebana
Juga disebut “Tar” (bahasa Arab). Di Cina Selatan menyebutnya “Daira”, di Maroko disebut “Bendir”. Alat gendang rebana ini menyerupai gendang joget, dan hanya satu sisinya yang ditutupi kulit kambing yang dipakukan kepada dinding kayu bulat, ditambah pula dengan gemerincing bulat. Ada juga yang jenis besar disebut Rebana (mini) disebut “Kompang” dan dimainkan mengiringi Rodat. Ketika mengiringi pengantin atau tamu agung yang tiba. Iramanya bertingkah (inter locking).

Tidak ada komentar: